Jumat, 21 Januari 2011

Paskibra Bimasakti SMA Plus YPHB Bogor

Ketika pertama kali masuk SMA entah kenapa timbul dibenakku menjadi anggota paskibra. Padahal saat SMP aku bukan seorang paskibra bahkan anggota organisasi lainnya. Aku hanya senang melihat sekumpulan orang-orang berbaris yang rapi dan tegas. Dengan modal nekat saja aku bisa menjadi paskibra walaupun aku belum mengenal teman-teman baruku. Di hari pertama aku diajarkan oleh pelatih dan senior gerakan dasar atau statis. Seperti hadap-hadapan, hormat yang benar, istirahat di tempat, dll. Aku makin semangat mengikuti pelatihan ini hingga 17 Agustus nanti. Aku selalu terbayang-bayang betapa bangganya aku mengiri bendera yang akan dikibarkan dihadapan semua orang. Mungkin orang awam bilang paskibra itu membosankan, capek dan lelah serta akan mengganggu pellajaran. Tapi, menurutku semua itu salah semuanya tergantung pada diri sendiri yang merasakannya, mereka berkata seperti itu karena belum pernah mencobanya.

Selama sebulan penuh aku latihan untuk pengibaran nanti. Sebetulnya memang capek tapi hal ini membuatku mempunyai teman-teman baru dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Walaupun panas, capek, dan dimarahi tetapi semuanya kuanggap menyenangkan. Aku banyak belajar dari paskibra, jika aku tidak bergabung aku pasti tidak akan pernah merasakan kekeluargaan yang begitu erat, solidaritas, dan pengorbanan untuk sesuatu hal. Hari ke hari aku jalani dengan temanku yang lainnya hingga pada saat hari H, butuh pengorbanan yang cukup besar bukan? jawabanku pasti "Ya".

Saat pagi-pagi buta aku berangkat menuju sekolah menggunakan seragam putih-putih untuk persiapan upacara. Aku berpikir pasti teman-temanku masih ngantuk dan masih bermalas-malasan tetapi perkiraanku salah besar. Ketika sampai disekolah teman-temanku sudah banyak yang datang dan sudah siap dengan seragamnya yang bersih, ada yang menyemir sepatu, latihan dasar, dll. Aku bangga punya mereka yang sangat antusias dengan hal ini dan aku tidak menyesal karena mengenal paskibra dalam hidupku.



Waktu berperang pun tiba, semua cemas akan takutnya kegagalan tetapi kami diberi motivasi oleh senior, pelatih dan alumni yang lain kami menjadi semangat. Kami berlangkah tegap maju sedikit demi sedikit kami memasuki lapangan dan menjadi pusat perhatian pada saat itu. Suara sepatu kami pun jadi saksi bisu yang memberikan semangat. Teman-temanku, kakak kelasku, guru-guruku, dan tim paduan suara sudah siap menyaksikan titik perjuangan kami dalam sebulan ini. Ketika aba-aba terdengar "buka formasi" kami melebarkan senyum indah dan siap menampilkan yang terbaik dan begitu aba-aba "jalan" kami pun bergerak sesuai formasi yang sudah ada. Ya Allah betapa nikmatnya aku berjalan ditengah-tengah mereka dengan membusungkan dada penuh kebanggaan. Saat berhenti, detik-detik waktu sang pusaka dikibarkan hati penuh cemas dan takut akan kegagalan, kami semua beristighfar dalam hati sambil tersenyum melihatkan keyakinan kepada epserta upacara bahwa kami mampu dan siap. "Bendera siap" ketika mendengar kata-kata itu kami sangat bersyukur dan senyum kami pun makin lebar tanda bahagia akan kesuksesan hari itu. Kami pun berbaris kembali menuju tempat semula untuk beristirahat sejenak. Hari itu kami sukses, hari itu kami bahagia campur haru, dan kami bangga. Ketika sudah sampai tempat semula kami masih berbaris dan senior-senior serta pelatih mengucapkan terima kasih dan tersenyum bangga melihat perjuangan kami. Entah kenapa kami pun spontan mengangis dalam arti bahagia. Mungkin orang-orang bilang kami "lebay" tapi mereka tidak tahu rasanya betapa leganya dan betapa bangganya sampai titik perjuangan.

Tiga tahun terakhir ini aku tidak pernah melepaskan paskibra dalam benakku. Capek fisik dan batin sudah aku rasakan namun, arti kekeluargaan dan solidaritas bisa menghapus keluhanku. Tidak boleh ada satu orang pun yang bisa membuatku lepas dari paskibra. Aku sudah menganggapnya saudaraku dan tempat aku tertawa ketika jenuh. Hal yang paling mengesankan ketikan menginap bersama di sekolah untuk mengikuti BMP (Basic Mentality Programme), malam itu aku merasakan betapa nikmatnya arti kekeluargaan yang belum tentu orang-orang bisa merasakannya. Aku selalu merindukan suasana berkumpul karena itu membuatku senang dan makin bangga.Punya teman dekat dan sahabat saja itu pun tak cukup bagiku. Walaupun selama aku bersekolah di YPHB kami tidak pernah menang dalam LKBB (Lomba Ketangkasan Baris Berbaris) tingkat sekolah ataupun kota.Tetapi aku tetap bangga dengan BIMASAKTI. Mereka semua memanggil kami Bimasakti. Pernah terpikir olehku andaikan aku tidak mengenal paskibra aku tidak akan pernah merasakan "keluarga".


Lambang Bimasakti

Keluargaku setelah pengibaran 17 Agustus 2010

Suasana saat pengibaran 2010

LKBB Januari 2010

BMP November 2009

Setelah MUSRA Juli 2010

Suasana Dinamika Kelompok saat tengah malam di sekolah MUSRA Juli 2010

Foto bersama setelah MUSRA Juli 2010

Aku bangga padamu keluargaku dan aku bangga padamu BIMASAKTIKU. Teruskan perjuangan kalian walaupun tanpa aku. Masih ada hari esok untuk intropeksi dan hancurkan perselisihan diantara kita semua :)

1 komentar:

Find this blog

Followers